Kamis, 20 Mei 2010

POLITIK

BERPOLITIK UNTUK MENGUBAH SISTEM DARI DALAM


Apatisme politik tidak boleh diteruskan sebab tidak akan membawa bangsa ini pada perubahan. Perubahan akan tercapai jika umat katolik dengan dijiwai spiritualitas kristiani turut serta dalam kehidupan politik.

Hal itu disampaikan Vikaris Jendral Keuskupan Surabaya, Rm. PC. Edi Laksito, Pr. dalam diskusi bertema, “Apatisme Politik Kaum Muda” usai pelantikan Dewan Pimpinan Cabang PMKRI Cabang Madiun “Sanctus Ambrosius” Periode 2008-2009 di aula kampus STKIP Widya Yuwana Madiun (28/9).

Lebih lanjut mantan moderator PMKRI Surabaya ini mengatakan bahwa apatisme politik seringkali dipraktekkan oleh umat katolik terutama kalangan muda. Padahal menurutnya, umat katolik relatif memahami kondisi sosial kemasyarakatan di negeri ini. Memang, apatisme politik memiliki alasan antara lain, adanya ketidakpercayaan pada organisasi politik sebab kesejahteraan umum yang dijanjikan tidak tercapai, pemilu tidak memberikan keuntungan secara langsung kepada masyarakat pemilih, lembaga politik tidak mengembangkan masyarakat, demokrasi yang berjalan tanpa roh sama sekali, politik dijadikan sebagai arena bisnis (money politics), dan tidak adanya figur pemimpin yang mampu menggetarkan hati. Namun, sikap tersebut kurang tepat sebab hanya keterlibatanlah yang mampu melakukan perubahan.

Di hadapan peserta yang terdiri atas mahasiswa dari organisasi intra dan ekstra kampus, kelompok kategorial Gereja, dan tokoh umat tersebut beliau menegaskan bahwa negara itu perlu dan dikehendaki Tuhan dan tidak ada iman yang menentang negara. Seperti halnya dengan Gereja, negara pun membutuhkan pemimpin yang bertugas untuk membawa masyarakat pada kesejahteraan. Umat katolik perlu melahirkan sikap kritis sebagai langkah awal membuka kesadaran politik. Dengan demikian, umat katolik dapat berperan serta dalam dinamika politik negeri ini dengan membangun rasa cinta tanah air tanpa membedakan golongan. “Bangsa ini milik semua orang Indonesia yang membutuhkan kepedulian dan keterlibatan semua warga tanpa mengenal sekat-sekat perbedaan”, katanya sambil memberi dorongan.

Selain Vikjen Keuskupan Surabaya, turut berbicara pula salah seorang anggota penyatu PMKRI, Drs. Antonius Sudarmanto, MS. Senada dengan Vikjen, Dosen Universitas Widya Mandala Madiun yang menjabat anggota KPUD Kota Madiun tersebut mengatakan bahwa apatisme politik membuat kita tidak memiliki akses terhadap politik. Dengan demikian, jika ada kebijakan politik yang merugikan masyarakat termasuk produk undang-undang yang bernuansa diskriminatif, jangan sekali-sekali mempersalahkan politisi sebelum mempersalahkan diri sendiri yang tidak mau terlibat dalam bidang politik.

Salah satu dari dua anggota KPUD yang beragama katolik di seluruh Jawa Timur itu mengatakan bahwa politik itu baik sehingga tidak perlu dihindari. Kalaupun ada stigma bahwa politik itu kotor, orang katolik harus terpanggil dan terlibat untuk melakukan perubahan sistem dari dalam sehingga politik kembali pada tujuan sebenarnya yaitu untuk kebaikan semua orang. Kalah menang dalam politik bukan hal yang hakiki tetapi setidak-tidaknya kita harus merasa bangga sebab kita sudah menanggapi panggilan untuk menjadi pelayan melalui dinamika politik di negeri ini. “Kita dipanggil untuk berpolitik. Politik memungkinkan orang katolik untuk memberikan pelayanan bagi orang lemah dan tertindas. Kaum muda katolik bisa memulainya dengan belajar melalui organisasi-organisasi seperti PMKRI”, sambungnya.

Sementara itu, Ketua Presidium DPC PMKRI Madiun “Sanctus Ambrosius” Periode 2008-2009, Yohanes Manasye dalam sambutan pelantikannya mengajak kaum muda terutama mahasiswa yang tergabung dalam PMKRI untuk memaknai kembali semboyan misioner Pro Eclesia et Patria yang menurutnya sering kali dipekikkan dengan tanpa kesadaran dan pemaknaan. Menurutnya, apatisme merupakan pengingkaran terhadap misi Gereja di tengah dunia. Sebagai bagian dari Gereja, PMKRI berkewajiban untuk menghadirkan wajah Gereja dalam pergumulan masyarakat. Selain itu, kaderisasi dalam PMKRI harus mampu melahirkan calon-calon pemimpin berintegritas katolik sebagai jawaban atas krisis kader pemimpin di negeri ini. (77X7X)

Mahasiswa dan anggota PMKRI Cabang Madiun, “Sanctus Ambrosius”

Diterbitkan pada Majalah Mingguan Hidup (Jakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar